Kamis, 22 Januari 2015

VULKANISME



VULKANISME


A.PENGERTIAN VULKANISME(GUNUNG API)

Vulkanisme adalah semua peristiwa yang berhubungan dengan magma yang keluar mencapai permukaan bumi melalui retakan dalam kerak bumi atau melalui sebuah pita sentral yang disebut terusan kepundan atau diatrema.
Magma yang keluar sampai ke permukaan bumi disebut lava. Magma dapat bergerak naik karena memiliki suhu yang tinggi dan mengandung gas-gas yang memiliki cukup energi untuk mendorong batuan di atasnya.

Di dalam litosfer magma menempati suatu kantong yang disebut dapur magma. Kedalaman dapur magma merupakan penyebab perbedaan kekuatan letusan gunung api yang terjadi. Pada umumnya, semakin dalam dapur magma dari permukaan bumi, maka semakin kuat letusan yang ditimbulkannya. Lamanya aktivitas gunung api yang bersumber dari magma ditentukan oleh besar atau kecilnya volume dapur magma. Dapur magma inilah yang merupakan sumber utama aktivitas vulkanik.

a.Intrusi Magma


Intrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma di antara lapisan batuan, tetapi tidak mencapai permukaan Bumi. Intrusi magma dapat dibedakan atas sebagai berikut :
Intrusi datar (konkordan):
·         sill atau lempeng intrusi, yaitu magma menyusup di antara dua lapisan batuan, mendatar, dan paralel dengan lapisan batuan tersebut yang berbentuk pipih atau lempeng.  
·         Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan Bumi paling atas. Bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi.
Intrusi memotong (diskordan):
·         Batholit, yaitu batuan beku yang terbentuk dari dapur  magma, terjadi karena penurunan suhu yang lambat.  
·         Gang, yaitu batuan dari intrusi magma yang memotong lapisan batuan
·         Apofisa, yaitu cabang dari irupsi korok (gang).  
·         Diatermis, yaitu lubang (pipa) di antara dapur magma dan kepundan gunung berapi. Bentuknya seperti silinder memanjang.

Secara rinci, adanya intrusi magma (atau disebut plutonisme) menghasilkan bermacam-macam bentuk, yaitu:

b.Ekstrusi Magma
          Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke permukaan Bumi dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi apabila tekanan gas cukup kuat dan ada retakan pada kulit Bumi sehingga menghasilkan letusan yang sangat dahsyat. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan terjadinya gunung api. Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan.Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar lautan. Secara umum ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:

1. Ekstrusi linear



terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau patahan memanjang sehingga membentuk deretan gunung berapi. Misalnya Gunung Api Laki di Islandia, dan deretan gunung  api di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

2. Ekstrusi areal


terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi, sehingga magma keluar meleleh di beberapa tempat pada suatu areal tertentu. Misalnya Yellow Stone National Park di Amerika Serikat yang luasnya mencapai 10.000 km2.

3. Ekstrusi sentral



terjadi magma keluar melalui sebuah lubang (saluran magma) dan membentuk gunung-gunung yang terpisah. Misalnya Gunung Krakatau, Gunung Vesucius, dan lain-lain.

Jenis Gunung Berapi Berdasarkan Bentuknya
1. Stratovolcano

Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang-kadang bentuknya tidak beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunung Merapi merupakan jenis ini.
2. Shield Volcano

Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai.
3. Cinder Cone Volcano

Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.
4. Kaldera Volcano

Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini.


Bahan-bahan yang dikeluarkan  gunung api
Bahan-bahan yang dikeluarkan gunung  api saat meletus  adalah sebagai berikut :
1)    Material vulkanis  padat (efflata)
            a)    berdasarkan asalnya
            -    Efflata autogen, bersala dari bekuan  magma yang keluar.
            -     Efflata allogen, berasal  dari pipa kawah  yang terlempar.
            b)    Berdasarkan ukurannya
            -    Boom berukuran besar
            -    Lapili sebesar kerikil
            -    Pasir vulkanik sebesar butiran pasir
            -    Abu vulkanis efflata yang halus
2)    Material berupa cairan
            a)    lava, yaitu aliran magma ke permukaan bumi
            b)    Lahar panas,  yaitu lava yang merupakan  campuran lava dengan air
            c)    Lahar dingin yaitu lava yang membeku bersama air hujan.

3)    Material gas, terdiri dari  atas
a)      uap air
b)      gas nitrogen
c)      gas belerang
d)     asam arang dan lain-lain

Tipe Letusan Gunung Api

Tipe Letusan Gunung Api - Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, namun lokasi gunung berapi yang sangat dikenali adalah gunung berapi yang berada di sekitar Pacific Ring of Fire ( Cincin Api Pasifik ).  Pacific Ring of Fire merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik.  Gunung berapi memiliki beberapa bentuk yang sering berubah sepanjang masa hidupnya.  Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif,  istirahat, dan akhirnya dapat ditentukan menjadi tidak aktif ataupun mati.


Setiap gunung berapi memiliki karakteristik letusan (erupsi) tertentu yang dapat dilihat  dari beberapa segi. Dilihat dari derajat kekentalan magma, tekanan gas magmatik, kedalaman dapur magma dan bahan material yang dikeluarkannya, letusan gunung api dibedakan sebagai berikut.
1.        Letusan Tipe Hawaii
Tipe Hawaii terjadi karena lava yang sangat cair dan bentuknya seperti perisau atau tameng dan mengalir ke segala arah.  Skala letusannya relatif kecil namun memiliki intensitas yang cukup tinggi. Beberapa gunung yang memiliki Letusan Tipe Hawaii adalah Maona Loa, Maona Kea, dan Kilauea di Hawaii.

2.        Letusan Tipe Stromboi
Letusan yang memiliki interval waktu yang hampir sama.  Gunung api Stromboli di Kepulauan Lipan jarak waktu letusannya lebih kurang 12 menit.  Jadi setiap kurang lebih 12 menit lava mendidih, kemudian terjadi letusan.  Bom, lipari dan abu dilontarkan keluar.  Gunung-gunung yang mengalami letusan seperti Tromboli adalah Vesivius (Italia) dan Gunung Raung (Jawa).

3.        Letusan Tipe Vulkano
Tipe letusannya mengeluarkan material padat, seperti bom, abu, lapili, serta bahan-bahan padat dan cair atau lava. Tipe letusan ini dikelompokkan atas kekuatan erupsi dan kedalaman dapur magmanya.  Dapur magma yang bervariasi dari dangkal sampai dalam, sehingga memiliki tekanan yang sedang sampai tinggi. Daya rusak yang dihasilkan cukup besar.  Beberapa gunung yang memiliki Letusan Tipe Vulkano adalah Gunung Vesuvius dan Etna di Italia, serta Semeru di Jawa Timur.

4.        Letusan Tipe Merapi
Letusan tipe ini mengeluarkan lava kental sehingga menyumbat mulut kawah.  Akibatnya, tekanan gas menjadi semakin bertambah kuat sehingga sumbatan terangkat pecah-pecah.  Sumbatan yang pecah-pecah terdorong ke atas yang akhirnya terlempar keluar.  Material ini menuruni lereng gunung sebagai ladu atau gloedlawine.  Selain itu, terjadi pula awan panas atau gloedwolk atau sering disebut wedhus gembel.  Tipe letusan merapi sangant berbahaya bagi penduduk di sekitarnya.
5.        Letusan Tipe Perret atau Plinian
Tipe letusan ini sangat berbahaya dan sangat merusak lingkungan karena ledakannya yang sangat dahsyat.  Pada tipe ini, material yang dilemparkan mencapai ketinggian sekitar 80 km.  Memiliki ciri seperti letusan tiangan, gas yang sangat tinggi, dan dihiasi oleh awan menyerupai bunga kol di ujungnya. Letusan tipe ini dapat membobol puncak vulkan hingga dinding kawah melorot atau melemparkan kepundan, misalnya letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 dan St. Helens pada tanggal 18 Mei 1980.

6.        Letusan Tipe Pelee
Letusan tipe ini biasanya terjadi jika di puncak gunung api terdapat sumbatan kawah yang bentuknya seperti jarum sehingga menyebabkan tekanan gas menjadi bertambah besar.  Apabila sumbatan kawah tidak kuat, maka gunung tersebut meletus.

7.        Letusan Tipe Sint Vincent
Tipe letusan ini terjadi pada gunung api yang mempunyai danau kawah.  Selanjutnya, jika gunung apu tersebut meletus, air danau kawah akan tumpah bersama lava.  Letusan ini mengakibatkan daerah di sekitar gunung tersebut akan diterjang lahar panas yang sangat berbahaya, misalnya letusan Gunung Kelud pada tahun 1919 dan Gunung Sint Vincent pada tahun 1902.
Klasifikasi gunung berapi berdasarkan frekuensi letusan di Indonesia
Kalangan vulkanologi Indonesia mengelompokkan gunung berapi ke dalam tiga tipe berdasarkan catatan sejarah letusan/erupsinya.
·      Gunung api Tipe A : tercatat pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.
·      Gunung api Tipe B : sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi magmatik namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti kegiatan solfatara.
·      Gunung api Tipe C : sejarah erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarolapada tingkah lemah.

Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain
·         Suhu di sekitar gunung naik.
·         Mata air menjadi kering
·         Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
·         Tumbuhan di sekitar gunung layu
·         Binatang di sekitar gunung bermigrasi

Hasil letusan gunung berapi

1.       Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2),Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayakan manusia.
2.       Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.
3.       Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
4.       Hujan Abu
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan.
5.       Awan panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.

Dampak Vulkanisme

a.       Dampak Negatif 

1.       Tercemarnya udara dengan abu gunung berapi yang mengandung bermacam-macam gas mulai dari Sulfur Dioksida atau SO2, gas Hidrogen sulfide atau H2S, No2 atau Nitrogen Dioksida serta beberapa partike debu yang berpotensial meracuni makhluk hidup di sekitarnya.
2.       Dengan meletusnya suatu gunung berapi bisa dipastikan semua aktifitas penduduk di sekitar wilayah tersebut akan lumpuh termasuk kegiatan ekonomi.
3.       Semua titik yang dilalui oleh material berbahaya seperti lahar dan abu vulkanik panas akan merusak pemukiman warga.
4.       Lahar yang panas juga akan membuat hutan di sekitar gunung rusak terbakar dan hal ini berarti ekosistem alamiah hutan terancam.
5.       Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi berpotensi menyebabkan sejumlah penyakit misalnya saja ISPA.
6.       Desa yang menjadi titik wisata tentu akan mengalami kemandekan dengan adanya letusan gunung berapi. Sebut saja Gunung Rinjani dan juga Gunung Merapi, kedua gunung ini dalam kondisi normal merupakan salah satu destinasi wisata terbaik bagi mereka wisatawan pecinta alam.

b.       Dampak Positif

1.       Tanah yang dilalui oleh hasil bulkanis gunung berapi sangat baik bagi pertanian sebab tanah tersebut secara alamiah menjadi lebih subur dan bisa menghasilkan tanaman yang jauh lebih berkualitas. Tentunya bagi penduduk sekitar pegunungan yang mayoritas petani, hal ini sangat menguntungkan.
2.       Terdapat mata pencaharian baru bagi rakyat sekitar gunung berapi yang telah meletus, apa itu? Jawabannya penambang pasir. Material vulkanik berupa pasir tentu memiliki nilai ekonomis.
3.       Selain itu, terdapat pula bebatuan yang disemburkan oleh gunung berapi saat meletus. Bebatuan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangungan warga sekitar gunung.
4.       Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan tumbuh lagi pepohonan yang membentuk hutan baru dengan ekosistem yang juga baru.
5.       Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata air panas yang keluar dari dalam bumi dengan berkala atau secara periodik. Geyser ini kabarnya baik bagi kesehatan kulit.
6.       Muncul mata air bernama makdani yaitu jenis mata air dengan kandungan mineral yang sangat melimpah.
7.       Pada wilayah vulkanik, potensial terjadi hujan orografis. Hujan ini potensial terjadi sebab gunung adalah penangkan hujan terbaik.
8.       Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi, sangat baik didirikan pembangkit listrik.
Usaha-Usaha Mengurangi  Bahaya Gunung Berapi
1)    Membuat terowongan-terowongan air pada kepundan yang berdanau.
2)    Mendirikan pos-pos  pengamatan di sekitar  gunung berapi.
3)    Mengungsikan penduduk yang bertempat tinggal  di lereng-lereng  gunung berapi yang akan meletus.
4)    Membuat  dam-dam  penampungan di daerah aliran lahar.

Gejala Pasca Vulkanis

Gunung api melakukan aktivitasnya mulai kegiatan yang lemah, meningkat ke lebih kuat, sampai pada suatu waktu mencapai puncaknya yaitu letusan. Namun sebuah gunung api akhirnya akan berhenti dari kegiatannya. Gunung api seperti ini biasanya dinyatakan telah mati. Gunung api yang dinyatakan mati bukan berarti hilang seluruh kegiatannya. Di sini magma dalam periode pendinginan, masih tetap menunjukkan sisa kegiatannya. Kegiatan itu sering disebut gejala pasca vulkanis. Pasca vulkanis ini dapat dibedakan dalam beberapa bentuk gejala antara lain sumber gas, sumber air panas, sumber air mineral (mahdani), geyser dan terbentuknya sebuah kawah akibat letusannya.
1. Sumber Gas
Gas yang dikeluarkan bisa berupa sumber gas belerang (solfatar), sumber gas uap air atau zat lemas, dan sumber gas asam arang atau disebut mofet. Gas belerang banyak ditemukan di kepundan gunung api. Sumber uap air (fumarol) yang keluar dengan tekanan tinggi dikenal sebagai tenaga geotermal. Sumber uap air ini bisa digunakan untuk pembangkit tenaga listrik, misalnya di Kamojang Jawa Barat, Dieng Jawa Tengah, dan lain-lain.
Sedangkan gas asam arang sangat berbahaya karena dapat mematikan mahluk hidup. Sumber gas asam arang dapat muncul sembarang waktu di kepundan gunung api manapun. Oleh karena itu biasanya petugas Dinas Pengawasan Gunung Api dari posnya di sekitar gunung, bisa memantau secara terus menerus kegiatan gunung api tersebut, sehingga dapat memperingatkan penduduk setempat ketika gunung mengeluarkan gas beracun tersebut. Namun ada kalanya gas racun ini keluar secara tiba-tiba , seperti yang terjadi tahun 1979 di kawah Timbangan dan Nila Dieng Jawa Tengah yang menewaskan sekitar 149 jiwa.
2. Sumber Air Panas
Air tanah berasal dari hujan yang meresap ke dalam tanah. Begitu pula di gunung api, air hujan meresap ke dalam bergerak ke bagian yang lebih dalam dan mendekati batuan yang masih panas (sisa kegiatan vulkanis). Akibatnya air menjadi panas, bahkan sampai mendidih. Melalui celah-celah batuan di bagian bawah air itu keluar sebagai mata air panas. Misalnya, sumber air panas di Garut dan Cianjur Jawa Barat, Baturaden Jawa Tengah, Tretes Jawa Timur, dan di tempat lainnya.
3. Sumber Air Mineral
Seperti halnya sumber air panas, sumber air mineral terjadi karena pemanasan air oleh sisa kegiatan vulkanik. Namun dalam sumber air ini terlarut zat kimia produk gunung api, sehingga air itu mengandung belerang atau zat kimia lain. Sumber air mineral ini banyak ditemukan di daerah sekitar gunung api yang aktif atau yang sudah istirahat, misalnya di Maribaya dan Ciater sekitar gunung Tangkuban Perahu Jawa Barat.
4. Geyser
Geyser adalah sumber mata air panas yang memancar secara berkala. Geyser terjadi karena gas panas yang asalnya dari batuan magma memanaskan bagian bawah air yang terdapat dalam celah di dalam bumi. Uap air yang terjadi tidak dapat mengadakan sirkulasi sampai ke permukaan bumi sehingga terjadilah akumulasi uap air setempat. Ketika ada jalan keluar ke permukaan bumi terjadilah pancaran air dengan suhu yang cukup tinggi. Contoh geyser yang sangat terkenal terdapat di Yellow Stone National Park California Amerika Serikat.


5. Kawah
Suatu kawah terbentuk akibat adanya letusan gunung berapi yang sangat kuat sehingga menimbulkan sebagian dari bagian atas gunung berapi tersebut menghilang dan saat itu terbentuklah sebuah kawah. Keindahan suatu kawah dapat dimanfaatkan sebagai suatu objek wisata, contohnya: Kawah Ratu di gunung Tangkuban Parahu, Kawah Ciremai di gunung Ciremai, dan Kawah Putih di Ciwidey yang terbentuk akibat letusan gunung Patuha.

Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan ice volcanoes atau gunung api es danmud volcanoes atau gunung api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah KuwuGroboganJawa Tengah yang populer sebagai Bledug Kuwu


Sumber : Wikipedia, dll